Total Tayangan Halaman

Senin, 04 April 2016

Cerpen Horror : Apakah aku sudah mati

2 hari setelah lulus sekolah menengah atas aku selalu kesepian, walaupun ada teman temanku yang kini sedang mampir untuk merayakan pesta kelulusan. Beban berat selama menempuh ujian masih aku rasakan. Teringat benar rumus dari Pak Zamy guru matematika walaupun ujian sudah selesai. Kesepian mulai merasuk ditubuhku sejak aku memutuskan hubungan dengan pacarku Putri.

Tapi bukan itu yang kurasakan. Kesepian yang kualami bukan karena kami putus melainkan hal aneh yang membuatku susah untuk hanyut bersama orang terdekatku.

Beberapa kali aku ke psikiater tapi hasilnya 0. Sampai ke dukun tapi jawabannya
"lelembut masuk ke ragamu cah, kamu harus berhati hati. Lelembut yang ada didirimu bersifat mengajakmu ke kegelapan, kamu harus waspada!".
Mendengar jawaban dari dukun tua itu membuatku bingung. Jawaban yang nggak masuk akal. Tapi kakau dukun itu benar gimana, mampus dah.

Jawaban dukun itu membuat aku tidak bisa dilupakan, menempel terus dikepalaku. Kini aku sedang dipesta aku harus bisa membaur dengan mereka. Terasa sangat berat aku untuk berdiri dari kursi kayu ini. Membuatku jadi malas untuk kesana.

Kupaksakan tubuhku bangun dan melangkah, terasa berat sekali dan pikiranku berubah jadi nggak karuan seperti lagi sakit demam. Tapi kuberusaha melangkah ke gerumunan. Tak disangka sangka, yang kulihat kali ini benar benar merubah presepsiku 180 derajat. Tapi yang kulihat ini benar adanya. Seakan pikiranku sedang bertarung dengan apa yang aku lihat. Semua penghuni pesta menghilang setelah ku melangkah beberapa langkah dari kursi. Semua keramaian pesta menghilang. Nafasku menjadi sesak dan jantungku berdebar debar semakin kencang ketika mataku tertuju disatu titik cahaya terang di atas pohon. Mataku kabur, dan ku tutup mataku beberapa kali kuucek dengan tangan. Alangkah kagetnya aku. Jantungku hampir tidak berdetak sama sekali.  Kini yang kurasakan dingin, sunyi, sepi, gelap, dan lembab. Kulihat ada banyak batu nisan disekitarku dan sebuah pohon tua besar. Kini aku ada dimakam belakang sekolah.
Ku tengok kekanan dan kekiri namun tidak ada orang selain aku. Ku teringat sesuatu, langsung kepalaku kutarik keatas dan benar dugaanku. Sesosok hantu gadis dengan rambut panjang terurai dan baju pitih ala hantu menggantung diatas pohon. Hantu itu ketawa seperti kuntilanak dan melototiku. Kupalingkan pandanganku dan kuberusaha lari tapi tak disangka hantu itu sekarang turun di hadapanku. Aku ingin pinsan tapi tidak bisa. Wajahnya seram, matanya merah serta wajah yang sudah takberbentuk berdiri dihadapanku. Hantu itu membuka mulutnya tampaklah belatung dan singgat ada dimulutnya. Kengerian itu sebanding dengan ketakutanku. Aku langsung berbalik arah tapi susah untuk dilakukan. Ku menjerit dengan keras dan langsung lari kemana saja. Berharap hantu itu tidak terbang dan muncul lagi dihadapanku. Kulompati satu demi satu batu nisan. Suara burung hantu membuatku tambah cepat lariku. Tapi cahaya silau dari arah depan membutakan mataku sehingga aku tersandung batu nisan. Wajahku penuh dengan tanah, dan darah keluar dari kepalaku. Ku angkat kepalaku dan berdiri tuk bangkit. Namun sebelum bangkit aku melihat sebuah batu nisan. Aku menangis tak percaya dengan apa yang tertulis dibatu nisan tersebut. Tertulis Asrul bin Seid. Kau tahu itu namaku. Namaku dan nama ayahku. Aku tidak percaya apa yang tertulis. Apakah aku sudah mati. Mati. Aku sudah tidak tahu harus apa lagi. Aku menangis sambil memeluk batu itu.

Tangisku terhenti ketika ada kakek tua berdiri membelakangiku. Kakek itu membawa cangkul dan sebatang rokok. Kutanya pada kakek itu.

"kakek siapa yang dikuburkan disini"
Kakek itu menjawab.
"seorang remaja yang baru lulus dari sekolah menengah atas" kutanya lagi.
"dia mati kenapa kek"kakek itu menjawab dan membalikan wajahnya dengan kondisi yang mancur.
Aku langsung kaget dan merangkak tak penuh arah.
"dia mati dibunuh. Dan pembunuhnya adalah saya" kakek itu mengankat cangkul dan ditujuhkan kearah
saya. Ku menjerit dengan keras pasrah apa yang akan dilakukan oleh kakek itu.

Ahhhhhh. Aku bangun dari tidur " ternyata hanya mimpi". Aku lega sekali. Mimpi itu seperti kenyataan saja. Aku melihat jam dan ternyata jam menunjukan pukul 8. Aku punya janji denan teman temanku untuk menghadiri syukuran atas kelulusan ya bisalah disebut dengan pesta kelulusan. Aku mandi dan siap siap menuju kesana.

Diperjalanan kepalaku sangat pusing. Sampai aku tidak konsen mengemudi. Hingga aku hampir menabrak bencong keliling dan bencong keliling itu pun marah dan mengejar dengan ojek. Kepalaku yang pusing dan dikejar oleh bencong membuatku terus menekan pedal gasku. Rasa pusing yang amat sangat membuatku banting steer dan menabrak kakek tua. Aku pun terus melanjutkan dan kali ini aku dikejar lagi dengan orang tak dikenal karena menabrak kakek tua itu.

Mereka semua marah dan aku semakin pusing. Aku adalah siswa SMA peringkat satu dan telah membunuh satu orang dan kini aku jadi buronan para bencong dan terus dihantui oleh perasaan bersalah.

Aku lelah dan akhirnya aku banting steer dan menabrak pohon dan gadis muda. Gadis itu tewas dan aku pingsang ditempat.

Aku bangun sudah ada dirumah sakit. Kulihat dokter dan polisi ada disampingku.
" aku ada dimana " polisi itu menjawab
" kamu ada dirumah sakit, gimana kamu masih sakit, kalau sudah sehat mari ikut saya ke kantor kami."
"pak jangan bawa aku kekantor polisi dia yang bersalah"  ku menunjuk gadis itu. Gadis itu yang kutabrak dan kini dia terbaring koma ditempat disebelah ranjangku.
Polisi makin heran dengan jawabanku dan membawa ku langsung ke mobil polisi. Sebelum aku dibawa kemobil aku melihat putri mantanku tersenyum melihatku kondisiku seperti ini. Tiba tiba dukun yang pernah aku temui berada didepanku dan polisi.
"tunggu pak. Pria ini tak bersalah. Dialah yang bersalah" dukun itu menunjuk putri. " dia yang membuat mobilnya tidak bisa direm dan dia juga memantrai pria ini sehingga dia menjadi pusing dan mengakibatkan dia begini. Aku tidak percaya apa yang dikatakan dukun itu, tapi aku sedikit lega bahwa aku kemungkinan tidak dipenjara.

Polisi langsung menangkap putri dan meminta keterangan pada dukun itu serta aku.

Aku heran kenapa putri melakukan ini padaku. Dan kenapa dukun itu membantuku. Semuanya aneh. Dan kini aku masih saja kesepian tapi lama kelamaan kesepian yang melanda diriku akhirnya sirna ketika aku BUNUH DIRI.
dan kini aku akan mengganggu siapapun yang membuatku kesepian termasuk teman temanku dan pembaca cerita ini.!      


He he he he.
Tamat.


Cerita karangan lomba membuat cerpen