Total Tayangan Halaman

Senin, 04 April 2016

Cerpen Horror : Apakah aku sudah mati

2 hari setelah lulus sekolah menengah atas aku selalu kesepian, walaupun ada teman temanku yang kini sedang mampir untuk merayakan pesta kelulusan. Beban berat selama menempuh ujian masih aku rasakan. Teringat benar rumus dari Pak Zamy guru matematika walaupun ujian sudah selesai. Kesepian mulai merasuk ditubuhku sejak aku memutuskan hubungan dengan pacarku Putri.

Tapi bukan itu yang kurasakan. Kesepian yang kualami bukan karena kami putus melainkan hal aneh yang membuatku susah untuk hanyut bersama orang terdekatku.

Beberapa kali aku ke psikiater tapi hasilnya 0. Sampai ke dukun tapi jawabannya
"lelembut masuk ke ragamu cah, kamu harus berhati hati. Lelembut yang ada didirimu bersifat mengajakmu ke kegelapan, kamu harus waspada!".
Mendengar jawaban dari dukun tua itu membuatku bingung. Jawaban yang nggak masuk akal. Tapi kakau dukun itu benar gimana, mampus dah.

Jawaban dukun itu membuat aku tidak bisa dilupakan, menempel terus dikepalaku. Kini aku sedang dipesta aku harus bisa membaur dengan mereka. Terasa sangat berat aku untuk berdiri dari kursi kayu ini. Membuatku jadi malas untuk kesana.

Kupaksakan tubuhku bangun dan melangkah, terasa berat sekali dan pikiranku berubah jadi nggak karuan seperti lagi sakit demam. Tapi kuberusaha melangkah ke gerumunan. Tak disangka sangka, yang kulihat kali ini benar benar merubah presepsiku 180 derajat. Tapi yang kulihat ini benar adanya. Seakan pikiranku sedang bertarung dengan apa yang aku lihat. Semua penghuni pesta menghilang setelah ku melangkah beberapa langkah dari kursi. Semua keramaian pesta menghilang. Nafasku menjadi sesak dan jantungku berdebar debar semakin kencang ketika mataku tertuju disatu titik cahaya terang di atas pohon. Mataku kabur, dan ku tutup mataku beberapa kali kuucek dengan tangan. Alangkah kagetnya aku. Jantungku hampir tidak berdetak sama sekali.  Kini yang kurasakan dingin, sunyi, sepi, gelap, dan lembab. Kulihat ada banyak batu nisan disekitarku dan sebuah pohon tua besar. Kini aku ada dimakam belakang sekolah.
Ku tengok kekanan dan kekiri namun tidak ada orang selain aku. Ku teringat sesuatu, langsung kepalaku kutarik keatas dan benar dugaanku. Sesosok hantu gadis dengan rambut panjang terurai dan baju pitih ala hantu menggantung diatas pohon. Hantu itu ketawa seperti kuntilanak dan melototiku. Kupalingkan pandanganku dan kuberusaha lari tapi tak disangka hantu itu sekarang turun di hadapanku. Aku ingin pinsan tapi tidak bisa. Wajahnya seram, matanya merah serta wajah yang sudah takberbentuk berdiri dihadapanku. Hantu itu membuka mulutnya tampaklah belatung dan singgat ada dimulutnya. Kengerian itu sebanding dengan ketakutanku. Aku langsung berbalik arah tapi susah untuk dilakukan. Ku menjerit dengan keras dan langsung lari kemana saja. Berharap hantu itu tidak terbang dan muncul lagi dihadapanku. Kulompati satu demi satu batu nisan. Suara burung hantu membuatku tambah cepat lariku. Tapi cahaya silau dari arah depan membutakan mataku sehingga aku tersandung batu nisan. Wajahku penuh dengan tanah, dan darah keluar dari kepalaku. Ku angkat kepalaku dan berdiri tuk bangkit. Namun sebelum bangkit aku melihat sebuah batu nisan. Aku menangis tak percaya dengan apa yang tertulis dibatu nisan tersebut. Tertulis Asrul bin Seid. Kau tahu itu namaku. Namaku dan nama ayahku. Aku tidak percaya apa yang tertulis. Apakah aku sudah mati. Mati. Aku sudah tidak tahu harus apa lagi. Aku menangis sambil memeluk batu itu.

Tangisku terhenti ketika ada kakek tua berdiri membelakangiku. Kakek itu membawa cangkul dan sebatang rokok. Kutanya pada kakek itu.

"kakek siapa yang dikuburkan disini"
Kakek itu menjawab.
"seorang remaja yang baru lulus dari sekolah menengah atas" kutanya lagi.
"dia mati kenapa kek"kakek itu menjawab dan membalikan wajahnya dengan kondisi yang mancur.
Aku langsung kaget dan merangkak tak penuh arah.
"dia mati dibunuh. Dan pembunuhnya adalah saya" kakek itu mengankat cangkul dan ditujuhkan kearah
saya. Ku menjerit dengan keras pasrah apa yang akan dilakukan oleh kakek itu.

Ahhhhhh. Aku bangun dari tidur " ternyata hanya mimpi". Aku lega sekali. Mimpi itu seperti kenyataan saja. Aku melihat jam dan ternyata jam menunjukan pukul 8. Aku punya janji denan teman temanku untuk menghadiri syukuran atas kelulusan ya bisalah disebut dengan pesta kelulusan. Aku mandi dan siap siap menuju kesana.

Diperjalanan kepalaku sangat pusing. Sampai aku tidak konsen mengemudi. Hingga aku hampir menabrak bencong keliling dan bencong keliling itu pun marah dan mengejar dengan ojek. Kepalaku yang pusing dan dikejar oleh bencong membuatku terus menekan pedal gasku. Rasa pusing yang amat sangat membuatku banting steer dan menabrak kakek tua. Aku pun terus melanjutkan dan kali ini aku dikejar lagi dengan orang tak dikenal karena menabrak kakek tua itu.

Mereka semua marah dan aku semakin pusing. Aku adalah siswa SMA peringkat satu dan telah membunuh satu orang dan kini aku jadi buronan para bencong dan terus dihantui oleh perasaan bersalah.

Aku lelah dan akhirnya aku banting steer dan menabrak pohon dan gadis muda. Gadis itu tewas dan aku pingsang ditempat.

Aku bangun sudah ada dirumah sakit. Kulihat dokter dan polisi ada disampingku.
" aku ada dimana " polisi itu menjawab
" kamu ada dirumah sakit, gimana kamu masih sakit, kalau sudah sehat mari ikut saya ke kantor kami."
"pak jangan bawa aku kekantor polisi dia yang bersalah"  ku menunjuk gadis itu. Gadis itu yang kutabrak dan kini dia terbaring koma ditempat disebelah ranjangku.
Polisi makin heran dengan jawabanku dan membawa ku langsung ke mobil polisi. Sebelum aku dibawa kemobil aku melihat putri mantanku tersenyum melihatku kondisiku seperti ini. Tiba tiba dukun yang pernah aku temui berada didepanku dan polisi.
"tunggu pak. Pria ini tak bersalah. Dialah yang bersalah" dukun itu menunjuk putri. " dia yang membuat mobilnya tidak bisa direm dan dia juga memantrai pria ini sehingga dia menjadi pusing dan mengakibatkan dia begini. Aku tidak percaya apa yang dikatakan dukun itu, tapi aku sedikit lega bahwa aku kemungkinan tidak dipenjara.

Polisi langsung menangkap putri dan meminta keterangan pada dukun itu serta aku.

Aku heran kenapa putri melakukan ini padaku. Dan kenapa dukun itu membantuku. Semuanya aneh. Dan kini aku masih saja kesepian tapi lama kelamaan kesepian yang melanda diriku akhirnya sirna ketika aku BUNUH DIRI.
dan kini aku akan mengganggu siapapun yang membuatku kesepian termasuk teman temanku dan pembaca cerita ini.!      


He he he he.
Tamat.


Cerita karangan lomba membuat cerpen


Senin, 19 Oktober 2015

Cerpen Horror, hantu, misteri

DUTY-719 4~SHINE
Karya Ulfa Dwi Khotijah XI GMT & MPL





Jeritan mereka seperti alunan musik rock yang sangat kusuka, tangisan mereka seperti drama telenova yang sangat kubenci. Tapi, itu akan menjadi hal yang sangat indah dan sangat menyenangkan saat dipadupadankan. Tangisan, jeritan, dan darah.  Sayang, waktuku untuk menikmati mereka tidak lama, hanya tiga jam. Sebelum matahari menyingsing aku harus sudah membakar mereka.
                  
           Orang dewasa sekarang tak semenyenangkan dan semenarik dulu. Sekarang, mereka hanya bertahan kurang dari tiga jam. Padahal aku baru separuh jalan. Sudah lima ratus orang yang ikut dalam permainanku. Wanita hamillah yang paling mengasyikan. Apalagi saat aku mencoba mempermainkan perut mereka yang membuncit. Padahal hanya sebuah permainan kecil. Sebuah sayatan di perut. Tapi, mereka sudah menjerit dan memohon agar aku tidak membunuh anak mereka.
           
            Orang dewasa membuatku sangat bosan, mereka menjerit dan memohon untuk tetap hidup. Ada yang mengatakan belum menikah, masih ada keluarga di rumah, banyak hal yang belum dilakukan dan masih banyak lagi. Alasan merekalah yang membuatku berhenti dengan orang dewasa. Anak-anak, wajah mereka yang polos tanpa dosa. Sayangnya tubuh mereka sangat rapuh membuatku hanya bermain selama satu jam.
             
            Apa yang kulakukan hanya sebatas menyayat tubuh rapuh mereka dengan silet. Melihat darah segar mereka mengalir sangat indah. Tubuh mereka hanya bisa meronta dalam jeratan tali. Sayatan kurasa kurang cukup, kugunakan pisau dapur untuk memotong ruas demi ruas jari mereka. Sambil menari diiringi musik rock, aku menikmati darah mereka yang tertinggal di pisau sambil tersenyum layaknya malaikat. Aku tidak pernah memotong kepala atau menusuk jantung mereka. Membuat mereka tidak menjerit, itu sangat  merusak kesenanganku. Aku memotong tangan dan kaki mereka. Bukan di setiap sendi seperti yang dilakukan Psikopat Bodoh, melainkan aku memotongnya tepat di pertengahan tulang, itu sangat menyenangkan. Lalu membawa potongan tubuh mereka ke samping rumahku, membakarnya satu per satu, dan biasanya aku membawa kepala mereka ke bunker bawah tanah sebagai souvenir. Dua ratus delapan belas anak-anak yang sudah ikut serta permainanku. Aku tidak pernah ambil pusing, apakah orangtua mereka akan mencari mereka atau bahkan polisi mencariku. Aku memiliki otak yang cukup jenius untuk mengelabui semua orang. Bahkan orang tuaku sangat menyayangiku, dan membanggakan otak jeniusku. Sayangnya, mereka kini sudah meninggalkanku dan memilih bersenang-senang bersama souvenir yang lain di bunker bawah tanah daripada bersamaku.
                 
            Tengah malam di kamar kedap suara yang temaram terlihat sesosok tubuh remaja yang kutahu dia kelas sepuluh bernama Riyad. Tubuhnya bersinar dengan ikatan yang membekas di kulitnya. Dia sudah siuman satu jam yang lalu. Bahkan dia sudah melihatku mempersiapkan alat-alat untuk bermain. Tapi dia tidak menjerit, bahkan tidak menangis, mungkin saja dia menikmati alunan musik rock kesukaanku.
                 
            Lima belas menit kemudian, sudah ada tujuh sayatan di kakinya tapi dia tidak menangis ataupun menjerit. Merasa kurang puas, aku mengambil jeruk nipis, memotongnya dan memerasnya di atas sayatan yang kubuat. Dia masih bergeming, tanpa suara. Karena saking kesalnya, aku melepaskan sumpalan mulutnya.
                “Kenapa kau tak menangis sayang?” Kataku seramah mungkin padanya.


“...” Dia hanya diam.
“Apakah itu tak terasa sakit sayang?”

“Aku sudah pernah merasakan yang lebih sakit dari ini.” Jawabnya dengan enteng.
“Kau mau aku kepermainan selanjutnya sayang?” Aku membisikkan di telinganya.
“Apa lagi yang akan kamu lakukan? Kamu akan menyayat seluruh tubuhku hingga wajahku, kemudian mencongkel mataku? Atau yang lainnya.” Sial dia menantangku.
“Mencongkel mata?” Aku mengeluarkan senyum malaikatku. “Usul yang bagus, aku belum pernah mencongkel mata seseorang.” Lanjutku.
Aku keluar ruangan dan kembali dengan sepasang garpu di tanganku. Aku menghampirinya dengan wajah datar tanpa ekspresi, kurasa Riyad sedang berdoa kepada Malaikat Kematian. Padahal aku adalah malaikat kematiannya.
“Kau tahu mengapa aku menggunakan sepasang garpu? Jika aku menggunakan pisau, matamu akan langsung keluar, itu tak mnarik. Aku menggunakan garpu, agar sulit mencongkel matamu, dan aku bisa mendengar jeritan indahmu.”
“Terimakasih”
“...” Aku masih bertanya-tanya, kenapa dia masih bisa setenang itu.
“Karena kamu sudah mau membunuhku, walaupun aku harus merasakan penyiksaan. Tapi ini lebih indah daripada aku harus terus berada di rumah sakit, dan menunggu kematian.”
“Kenapa kau tidak menjerit?! Kenapa kau tidak menangis?!” teriakku.
“Kamu tahu? Setiap kehidupan, pasti berakhir kematian. Perbedaannya hanya waktu dan cara seseorang meninggal. Sudah berapa orang yang kamu bunuh?”
“Kau yang ke-719”
“Apakah kamu tidak pernah bisa menghargai kehidupan seseorang?”
“Ada permintaan terakhir sebelum kematianmu?” Aku tidak menggubris pertanyaannya.
“Jawab pertanyaanku, kenapa kau melakukan semua ini?”
“Aku orang yang jenius, aku selalu menjadi yang nomor satu, aku bintang yang bersinar terang. Hingga semua orang membenciku karena mereka iri padaku. Ayahku seorang Koruptor, dan semua orang menjauhi kami. Mereka semua membuatku menangis setiap hari dan aku berharap, aku mati saat itu. Jadi, aku mematikan seluruh perasaan yang kumiliki dan membuat mereka memohon untuk tetap hidup padaku. Aku adalah malaikat kematian untuk mereka dan untukmu, jadi kewajibankulah membunuh kalian semua.” Kataku sambil menangis dan tersenyum dengan wajah dingin.

“Bintang  yang bersinar sangat terang, tidak akan pernah hidup lama, menurutku itu kewajibanmu.” Jawab Riyad dengan senyuman yang tak kumengerti.

 Entah mengapa, seluruh perasaan yang dulu pernah hilang dan mati, kini muncul kembali bersama senyuman Riyad. Wajah orang-orang yang kubunuh terlintas kembali dipikiranku. Seolah-olah aku ikut merasakan penderitaan mereka. Aku menangis.

Sirene mobil polisi meraung raung memecah kesunyian pagi, aku tersadar dan tidak ada jalan untuk kabur dari tempat ini. Menyelesaikan permainan ini atau tidak hasilnya akan sama, PENJARA.
“Maafkan aku. Aku tidak ingin balas dendam denganmu. Tapi salah satu dari orang yang kamu bunuh adalah ibuku. Beliau saat itu sedang mengandung satu-satunya penerus keluarga kami. Kesalahanmu adalah menjadikanku korban ke-719”
Selamat jumpa lagi di kehidupan selanjutnya, Bintang Bersinar.
                              Tertanda
                             Riyad
Tiga bulan sudah aku di penjara. Tidak ada yang menjengukku kecuali dia. Tapi hampir seminggu dia tidak datang. Seorang sipir penjara mendatangiku dengan sepucuk memo yang bertuliskan...
               
Aku tersenyum. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi memo, aku menangis? Hanya karena sebuah memo dari orang yang menjadi mainanku? Ini aneh, aku tak pernah menangis sebelumnya, bahkan saat membunuh kedua orang tuaku. Aku mengamuk dan mulai melukai diriku sendiri, hingga beberapa orang sipir mengamankanku ke Ruang Isolasi. Aku meringkuk dalam dinginnya lantai ruangan ini. Aku menangis sambil tersenyum. Menangis kerena telah membunuh 718 orang dan tersenyum karena inilah hukuman terbaik untukku. Sebuah PENYESALAN seumur hidupku....
                “Korban 719.”

Sabtu, 15 Agustus 2015

Cerpen| Contoh

Maling Tasa      

     Hp-ku membangunkan ku dalam mimpi yang kubayangkan saat aku terlelap. Saat aku intip layar Hp-ku tak kala tulisan dari Ryan membangunkanku pagi ini. " Ada apa Ryan sepagi ini SMS gua".

" Mito beranjak lagi.  Cpt kemari.  :-!



Aku langsung beranjak kamar mandi bersiap untuk berangkat sekolah. Tubuhku yang masih lemas langsungku guyur dengan air sedingin es, sambil memegang shower aku menatap ke cermin kotak yang sudah usang dan pecah. Terlihat wajahku dicermin. Kubayangkan wajahku hampir sama dengan Ryan hanya rambutku hitam lurus, hidung mancung dan bibir lebih kemerahan. Sambil ku bayangkan isi SMS-nya Ryan tadi yang membuat ku langsung bergegas walaupun waktu sebelum subuh aku buru-buru berankat sekolah. Setelah mandi aka langsung lari keluar menuju lemari pakaian dan mengenakan baju sekolah. Setelah berpakaian rapi, tiba tiba bunyi bell terdengar dari luar. Aku langsung meminggul tas dan kubukaan pintu. Seorang gadis berdiri di depan pintu dengan wajah yang bingung melihat jam tangannya. Kubuka pintu dan ku sapa dia. Dia adalah pacarku yang menjemputku untuk segera berangkat. " Ini pasti karna Ryan, kenapa Ryan memberitahu dia. Brengsek tuh anak, sudah berani dia. Apakah pacarku sudah tahu, jika sampai tahu, akan ku pukul dia. " pikirku dalan hati      "Ada apa sayang kok jan 5 gini udah kesini." Tanyaku khawatir. "Kok  sayang khawatir gitu sihh, aku diberitahu oleh Ryan untuk jemput kamu". jawabnya. " Apa? Ryan beritahu kamu !!". " Betitahu apa, aku cuma disuruh untuk jemput kamu. Itu aja. Emang ada apa sayang??". Tidak ada kok. Mari berangkat !"

"Baiklah, dan sekarang giliran kamu sayang yang nyetir mobil" diam sebentar mencari kunci ditas yang kelihatannya tas impor yang mahal " ini dia kuncinys" katanya.

" Yang kamu beli tas lagi, buat apa? Tas mu kan udah banyak" omelku. "Nggak apa-apa hari ini kan hari spesial, jadi aku harus keren, kamu mau si Indah mengalahkanku, yang ada dia makin belagu" jawabnya manja. 

"Ya udah kamu masuk gih" sambil kubuka pintu buat Reren pacarku yang aduhai itu.

Kami berangkat langsung. 15 menit kemudia sampailah di sekolah. Kelihatannya Ryan sudah menunggu. Dia memakai kupluk dan tas samping berditi didepan mobilnya dan si Indah juga kelihatan dengan dandannya yang menor tapi cantik. 

Aku memakirkan mobil dan menjemput Ryan. Ku gandeng tangan Reren supaya mereka lihat betapa romantisnya kami berdua.

"Sudah datang loe" Tanya Ryan. "Nggak usah basa jadi basi deh,  sekarang loe mau gue apa". Sahut ku dengan cepat nan tegas. " Kalian nggak usah berantem atau mau aku laporkan ke BK". Kata Indah.

"Cewek loe berisik amat sih, dasar katrok" kata ku dengan lantang. 

Ryan hanya diam, dan dia mulai mendekat dan memelukku dengan erat. Aku merasa jijik terhadap kelakuannya. Indah dan Reren pun mulai menampakan wajah yang juga jijik. Aku berusaha melepaskan pelukannya yang erat tapi dia malah memelukku dengan erat.

"Loe kenapa sih, lepaskan gua, mmmmh, ugh" akhirnya gua bisa juga lepas dari eratannya. Aku berpikir bahwa dia sudah sinting 


Sabtu, 27 September 2014

Cerpen Horror | Misteri Senyum Diamnya

Misteri Senyum Diamnya

     Seperti biasa. 10 anak dari X TKR 1, yaitu : Rina dan Rini (kembar). Susilo, Sandy, Rasyid, Toni, Yanto, Zaki, Wawan, Varrel, belajar dengan biasa. Saat istirahat Varrel dan Yanto jalan-jalan sekitar sekolah. Mereka berdua memang sangat gaul dan akrab, bahkan semua kakak kelas dia hafal. Tapi, ada seorang yang dia tidak kenal. Karena orang itu diam dikelas dan saat istirahat dia hanya di kelas, paling-paling dia keluar ssat kebelet pipis, dan saat pelajaran keluar. Dia bernama Dami. Makannya dari itu mereka berdua ingin mengenalnya, tapi apa disangka dia tidak pernah keluar kelas.
     Si Dami ini anak jurusan Akutansi, kelas X. Lalu si Varrel dan Yanto tanya kepada teman si Dami,
Yanto :"he, kok saya tidak pernah lihat dia, ya?, kamu tahu dia itu siapa?"
Varrel : " saya tidak tahu, coba tanya teman sekelasnya saja?!".
Lalu mereka berdua tanya kepada si Beni teman si Dami.
Varrel :"Ben itu siapa sih, kok aku tidak tahu dia ya?".
Beni   :"Oo, itu si Dami, dia memang orangnya tidak suka bergaul, aku tidak tahu kenapa dia begitu, tapi saya rasa dia itu sangat aneh????".
Yanto :"aneh kenapa?".
Beni   :"dia itu kadang-kadang suka senyum senyum sendiri, tapi tidak tahu apa yang dia senyumi, dan dia selalu diam, dia tidak pernah bicara pada kami, bahkan kalau dia bersuara karena ditanya guru, atau mau ke toilet, bahkan suaranya sangat lirih".
Varrel :"Berarti ada misteri di balik senyum diamnya, ayo Yanto beritahu Toni, ada misteri, dia pasti sangat senang."
Yanto :" Kamu gimana sih Varrel, dia kan orang bukan ruangan/benda gimana nyelidikinya?".
Varrel :" Beri tahu aja, gak pa pa lagi. Ayo sekarang saja jam istirahat mau selesai nih".
Yanto :" Baiklah, kami pamit dulu Ben."
Beni   :" Ya!".
     Lalu mereka pergi ke kelas dan memberitahukan kepada teman-temannya terutama Toni, mereka menceritakannya dari awal hingga akhir.
Varrel :" Ton, kami menemukan misteri baru nih yang harus dipecahkan".
Toni   :" apa tuh Rel, misteri apa ?, jangan membuat aku makin penasaran ya!".
Yanto :" gini Ton, di kelas X AK 1, ada siswa yang namanya Dami, dia adalah siswa yang sangat
aneh, katanya suka senyum senyum sendiri, tapi tidak tahu apa yang dia senyumi, dan dia selalu diam, dia tidak pernah bicara pada kami, bahkan kalau dia bersuara karena ditanya guru, atau mau ke toilet, bahkan suaranya sangat lirih".
Toni   :" bagus tuh, coba beritahu yang lain, saya ikut tuh!"
Varrel :" Nanti dulu Ton, kita mau menelusuri dimana, mau mecahinnya gimana ini orang bukan benda?!".
Toni   :" itu mah gampang, kita ikuti dia kalau pulang, selesaikan".
Varrel :" iya juga, baiklah".
      Mereka lalu berbincang-bincang, kebetulan itu jam kosong, tidak ada yang ngajar dan tidak ada tugas.
     Setelah bel akhir pelajaran berbunyi, Rina dan Rini, Susilo, Sandy, Rasyid, Toni, Yanto, Zaki, Wawan, Varrel, berkumpul di parkir menunggu si Dami pulang. Setelah ditunggu agak lama bahkan semua murid sudah pulang akhirnya si Dami muncul. Dia menuju ke pojok tempat parkir. Akhirnya mereka mengikuti, tapi si Rina dan Rina tidak ikut karena peraturan di sekolah anak perempuan tidak boleh di sekolah pukul 17.30. Akhirnya mereka membututi si Dami.
     Tiba-tiba si Dami hilang ketika dia masuk di semak semak belukar pojok tempat parkir.
Toni     :"kemana perginya si Dami itu, kok tiba tiba hilang?."
Varrel  :" ayo kesana mungkin dia masuk ke sebuah lubang atau apa?!."
Toni    :" ayo kesana"
     Mereka lalu ketempat dimana si Dami hilang, ternyata betul dugaan si Varrel ada lubang misterius di bawah semak belukar itu.
Susilo :"ayo masuk!"
Toni    :"jangan, besok aja, kita kesini, ini sudah hampir maghrib. Besokan Minggu kita bisa kesini"
Sandy :" ide yang bagus tuh"
Toni    :" oh iya beri tahu Rina dan Rini, apakah mau ikut atau tidak"
Sandy :" ok, tapi jam berapa?"
Toni    :" kalian bisanya jam berapa?!"
Sandy :" jam 8 pagi aja Ton, kan lebih segar"
Toni    :" semuanya setuju nggak?!!"
     Akhirnya mereka sepakat untuk pergi besok jam 8 pagi untuk memecahkan masalah lubang misterius yang dilewati si Dami.

     Keesokan harinya mereka siap-siap berkumpul ke sekolah menyelidiki lubang yang dilewati si Dami ini. Mereka sudah kumpul di depan gerbang sekolah kecuali si Zaki.

Varrel : “apa kita sudah lengkap disini”.

Rina    : “belum, Zaki belum kesini. Lama amat tuh anak, ngapain ya dia, jangan jangan lagi dandan lagi”.

Yanto  : “hellooooo, lekong dong, kita tinggal aja dia

Toni    : “tunggu, tuh dia, orangnya, loe abis darimana sih, lagian ribet banget bawa tas segala”.

Zaki     : “kalian gak bawa perbekalan, untung aku cerdas, kitakan akan melewati lubang yang gelap makanya saya bawa bekal, nih senter, pisau,dan ……”.

Rini     : “kau bawa payung, untuk apah?! Biar gak kepanasan ya, “.

Zaki     : “huss, kan orang orang berkata, sedia paying sebelum hujan, jadi saya bawa paying lah”.

Varrel : “terserah loe deh, tapi jangan harap ya kalau diperjalanan minta tolong bawain tas”.

Zaki    : “ gak bakalan, lihat ajah nanti, eh BTW tuhkan gerbang dikunci, kita lewat mana”.

Toni    : “kita lewat dih lubang belakang sekolah, seperti kemarin kita mecahin MISTERI KELAS X TKR 1”.

Zaki    :” oh iya cerdas kau Ton, saya hampir lupa”.

Rina   : “lupa apa memang kagak tahu”

Toni   : “ayo berangkat”.

Lalu mereka menuju ke belakang sekolah, melewati tepi jurang yang dalam.

Zaki   :” gue inget pas kita lewat jurang malam itu, baunya busuk, dan sangat gelap, tapi sekarang pagi hari benar benar sejuk, huh nikmat benar”.

Rina  :” jangan alay gitu ah, sarap loe”.

Zaki   :”hidiiiihh, orang bersyukur gini dibilang alay, lagian loe tuh yang tidak pernah bersyukur pemberian Tuhan”.

Rina  :”eh gue bersyukur lah, saya selalu ucap hamdalah, istighfar, dan solawat. Rina anak solehah ini dibilang tidak pernah bersyukur”.

Yanto :” berisik, kalau pacaran jangan disini, tuh dipo’on rindang, pohon beringin, sekalian makan pisang dan topeng”.

Rina   :” dipikir kita personil topeng monyet, ngajak berantem nih orang”.

Varrel :” woy cukup, kita disini tujuannya untuk pecahin nih misteri, bukan lihat kaliyan berantem, kalau mau berantem sono tuh di KUA”.

Zaki   :" loe pikir kita mau masak disana, kagak lucu tahu Rel".
Varrel :" Zak loe dari zaman purba mana sih, jaman es atau jaman batu tua, yang namanya KUA itu bukan tempat masak melainkan tempat orang-orang kawin telehhhh".
(semua):"(ketawa)".
Susilo:"kamu berempat ini ribut mulu, cepat jalanya".

     Mereka bersepuluh sudah sampai di lubang belakang sekolah, Tapi diluardugaan lubang yang akan dilalui mereka ditutup dengan kayu dan dipaku.

TO BE CONTINUED


Rabu, 30 Juli 2014

Cerpen Horor : Ditemuin Pocong

Ditemuin Pocong

Pada hari itu sebut saja Wanti adalah seorang janda (tapi aslinya bukan janda, oran-orang menyebutnya janda, karena suaminya jarang sekali menemuinya), kali ini dia asyik dengan game di pelataran rumahnya, dia seneng banget sama game, game yang dia senengin adalah game aksi. Hampir seharian dia main game. Langsung aja.
          Hari itu dia sugah kelar main game, dia bosen dia ingin bercerita tentang hal** yang ada di kehidupannya. Kali ini saya diceritakan hal** yang gaib. Yang ia jarang / tidak pernah ia ceritakan. Tapi kali ini dia mengaku kalau dia sering banget ketemu hal gaib. Dia sering banget di temuin hal** gaib. Entah di rumahnya, di jalan, atau di tempat umum. Dia menceritakan sebulan dari kejadian ini. Aku kagak tau apakah dia punya semacam indra ke-6 atau tidak. Yang jelas dia kereep banget ketemu hal gituan. (hiiii serem).
          Pada waktu itu dia bangun tidur. Setelah itu dia langsung aja pergi mandi. Katanya, saat dia mandi, hawanya itu tidak seperti biasanya. Agk dingin, bahkan dia mengigil kedinginan tidak seperti biasanya tidak mengigil, (keanehan ke-1). Keanehan selkanjutnya katanya saat dia sarapan, dia mau muntah, gimana tidak!, kalau baunya diruangan itu seperti daging busuk campur dengan tanah, tapi katanya dia sudah mengepel dan diberi pewangi tapi sama saja baunya seperti itu. Sejak saat itu dia mulai sadar. Bahwa dia beberapa saat lagi akan ketemu/diapelin sama makhluk gaib/hantu. Segera saja dia langsung membaca d’a** seperti ayat kursi.
          Lalu tiba-tiba hapnya berdering. Dan temanya memanggil. Sebutsaja si F.
F        :”halo”.
W      :”halo juga, ada apah”.
F        :”nanti sore bisa nggak jalan sama aku. Ku ajak kamu makan mie ayam, aku yang traktir, bisa???”.
W      :”bisa, tapi jangan sampai malem, ok”
F        :”baiklah”.

          Lalu sore itu temannya datang ke rumahnya.
F        :”tok-tok-tok, assalamualaikum”.
W      :”walaikum salam, udah dateng “.
F        :”iya”. Sambil bengong dan mukanya pucat.
W      :”kenapa kamu kok mukanya pucet gituh”.
F        :”ayo pergi”. Lalu dia menarik tangannya cepat** dan langsung naik mobil. Ada apa sih kamu kok aneh gitu katanya sambil pegang hp main game, tidak apa-apa kok, jawabnya terus menyetir mobil.
           Lalu si F berhenti di warung mie ayam yang deket dengan mall. Setelah makan tberharap si W menemaninya membeli baju di mall untuk adiknya yang mau ultah. “ Wan, temenin yah beli baju buat adik gue, temenin ya!”. “ kagak***, loe kan janji kalau kita hanya makan, nanti keburu malem gue kagak mau, nanti gue kagak bisa tidur”. “ please kali ini saja, tolong dong!!?”. “ baiklah tapi ingat jangan ........” “ iya iya, yuk!”
          Lalu dia ke mall dan memilih milih baju hingga waktu menunjukan pukul 08.00 WIB. Sangking asyiknya mereka lupa dengan waktu. “hah dah jam 8, waduh gimananih, woe cepat udah jam 8 ni, nanti keburu tengah malem”. “iya-iya “. Setlah memilih akhirnya baju yang pas, mereka langsung pulang kerumah.
          Tiba-tiba mobilnya terhenti mendadak kira-kira 100 meter dari rumahnya. “ sorry Wan, sampai disini saja yah!”. “eh kagak bisa kaya gitu, hampir sampai Cuma tinggal 100 meter lagi!?”. “ kagak sampai disini saja, atau kubalikan mobilnya lalu kau naik angkot sendiri di jalan raya gimana mau!?”. “ kagak*** gue turun disini saja”. Lalu temannya langsung pergi cepat-cepat. Wanti sendirian berjalan menuju rumahnya.
          Tiba-tiba banyak sekali kabut.”uhuk** kok banyak banget sih kabutnya!”. Lalu pandangannya tertuju pada cahaya putih-putih yang memanjang. Apa disangka ternyata itu “POCONG”. Dengan kain kafan dan menghadap berlawanan dengan mukanya, berdiri tegak tanpa berbalik badan pocong itu. Wanti tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa teriak, lari, berjalan, menuntuk, pejamkan mata, pingsan, menoleh, bahkan sangat sulit bernafas. Hanya berpandangan dengan itu.......... hinga 5 menit makhluk itu pergi.
          Wanti akhirnya buru-buru pergi, dia lari ke rumahnya. Dia terus lari sekencang-kencangnya tanpa menengok kebelakang. Akhirnya dia sampai dirumah. Dia khos-khosan. Lalu pintu itu membuka ternyata suaminyan yang sudah pulang tanpa memberi tahunya dulu. Dia sangat bahagia, dan sesegera memeluk suaminya.
          Didalam hatinya dia beruntung pocong itu tidak membalikan badannya ke arahnya. Lalu keesokan harinya dia mengirim pesan kepada temannya, kenapa dia pucat saat ke rumahnya, karena dia lihat makhluk itu............. juga dan berhenti mendadak karena lihat makhluk itu........... juga.
TAMAT
          SETELAH mendengar cerita itu kau tau semalaman tidak bisa tidur, karena teringat cerita itu terus. Kau tau saat menulis ini aku merasa merinding............ . dan kau tahu 2 hari setelah cerita itu aku mimpi tentang makhluk itu........... . SERAMMM.